Minggu, 24 Maret 2013

Indonesia Kekurangan Dokter Ahli Bedah Saraf


PDF Print
Thursday, 24 November 2011
ImageSejumlah dokter ahli bedah saraf mengikuti workshop Asia-Pacific Cervical Spine Society (APCSS) di Kota Tangerang kemarin.

TANGERANG– Minimnya jumlah dokter bedah saraf dinilai sebagai salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Hingga saat ini jumlah dokter ahli bedah saraf yang hanya sekitar 200 orang dianggap tak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang sebanyak 240 juta jiwa.

”Dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak, tapi jumlah dokter ahli bedah saraf hanya sekitar 200 orang, memang sangat kurang.Coba saja bandingkan dengan Jepang, yang memiliki sekitar 7.000 orang dokter ahli bedah saraf,” ungkap Kepala Neuroscience RS Omni Alam Sutera,Serpong, Kota Tangerang Selatan, dr Alfred Sutrisno Sp BS, saat workshop Asia-Pacific Cervical Spine Society(APCSS),kemarin.

Menurut Alfred, jumlah yang belum memadai itu harus disiasati,salah satunya dengan meningkatkan kualitas atau kemampuan dokter di Indonesia agar mampu bersaing dengan para dokter dari luar negeri.” Keadaan ini menjadi tantangan buat kami.Jangan sampai masyarakat kita justru pada berobat keluar negeri karena keadaan itu,”kata dia.

Alfred menjelaskan,penyelenggaraan workshopdi antaranya untuk menambah masukan bagi para dokter se-Asia-Pasifik, khususnya Indonesia,mengenai perkembangan teknologi dan metode dalam operasi saraf dan tulang manusia. ”Saya coba kumpulkan para ahli se-Asia-Pasifik untuk saling berbagi ilmu. Tujuannya agar ada standardisasi keilmuan di bidang bedah saraf dan tulang,”ucapnya.

Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia sebelumnya mengungkapkan, perbandingan ahli bedah saraf di Indonesia idealnya 1:100.000. Bedah saraf merupakan kelompok studi tersendiri dan bagian dari pendidikan yang berkelanjutan dari ahli bedah.Namun, ilmu bedah saraf kurang dikenal, termasuk di kalangan dokter. Bukan hanya ahli bedah saraf, jumlah dokter saraf di Indonesia juga dinilai belum mencukupi.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), Hasan Machfoed, mengungkapkan,jumlah dokter saraf di Indonesia yang baru mencapai sekitar 1000 dokter belum mencukupi. ”Untuk menghitung jumlah ideal dokter syaraf kita belum ada pedomannya, tapi tampaknya kita memang kekurangan karena masalah distribusi yang tidak merata,” ungkap Hasan kemarin.

Dia menjelaskan, tidak meratanya distribusi itu karena para lulusan dokter saraf sebagian besar berpraktik di kotakota besar.”Sebab dokter saraf memerlukan fasilitas yang agak sulit didapatkan di kabupaten atau kota kecil,”kata dia. Selain itu,daya beli dan permintaan masyarakat di kotakota besar juga lebih tinggi dibanding kota/kabupaten lain. Kendati demikian,menurut dia, ke depan memang akan mulai diatur agar setiap kabupaten/ kota memiliki dokter saraf.

Namun, untuk itu harus ditunjang pula dengan fasilitas rumah sakit tipe C atau tipe B yang lebih bagus di setiap kabupaten/ kota. Saat ini, menurut Hasan, sebanyak 70% kabupaten/ kota sudah diisi dengan dokter saraf.”Di DKI Jakarta,dari 150 rumah sakit, ada sekitar 240 dokter saraf, berarti 25% dokter saraf ada di Jakarta,”lanjut dia. denny irawan/ dyah ayu pamela

Tidak ada komentar:

Posting Komentar