Minggu, 24 Maret 2013

Jangan Biarkan Sumber Air Kering


Thursday, 22 March 2012

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi peranan manusia dalam pengelolaannya.Nah, bagaimana menjaga air tetap melimpah dan berkualitas?

Seluruh makhluk hidup di muka bumi membutuhkan air.Sejak awal kehidupan, makhluk hidup,terutama manusia,telah memanfaatkan air untuk kelangsungan hidupnya,bahkan mutlak dibutuhkan manusia. Namun, kualitas dan kuantitas air kini semakin berkurang. Selain bertambahnya jumlah penduduk,aktivitas manusia terhadap lingkungan juga menjadi penyebabnya.

Juru Kampanye Air Bebas Bahan Kimia Beracun dari Green Peace,Ahmad Asrov Birry,mengatakan,berdasarkan penelitian Green Peace pada tahun 2011,mayoritas dari 32 sungai yang saat ini sebagai pemasok air,statusnya sudah cemar dan cemar berat. ”Citarum salah satunya,sejak tahun 1984 merupakan sungai prioritas yang memasok 28 juta jiwa di seluruh aliran Bandung,termasuk Jakarta ini,sudah tercemar limbah industri,”papar Ahmad.

Limbah sungai industri ini,menurut Ahmad,akan menyebabkan bahaya jangka panjang bila mencapai rantai makanan pada manusia.Berdasarkan product testing pada 2011,Green Peace menemukan ada 3 senyawa kimia,salah satunya NPE yang berbahaya karena dapat merusak sistem hormon manusia. Ahmad juga mengemukakan, berdasarkan data pemerintah tahun 2010,ada 10 titik di Sungai Citarum dengan status air cemar berat karena tercemar venol limbah hasil industri tekstil dan pabrik yang menghasilkan plastik.

Sungai semakin tercemar, padahal masih banyak masyarakat yang bergantung pada sungai. Menurunnya kualitas dan kuantitas air di Indonesia juga diamini Farah Amini. Aktivis dari Indonesia Urban Water Sanitation & Hygiene (IUWASH) ini mengatakan bahwa perlu segera dilakukan konservasi untuk mengantisipasi hal ini.”Sebenarnya penggunaan air bisa dimaksimalkan, seperti recycle. Namun,di Indonesia hal ini masih kurang,”katanya kepada SINDO.

Farah menambahkan, salah satu cara menjaga kelestarian sumber air adalah dengan membuat sumur resapan. Sumur resapan bisa meningkatkan debit air tanah (sumur gali penduduk dan mata air).Sumur ini juga sangat cepat dan efektif dalam meningkatkan air tanah (sumur timba,mata air) dan air sungai.Tak hanya itu,sumur resapan juga efisien dalam menampung, meresapkan air hujan ke dalam tanah dan mengurangi bahaya banjir.

Apalagi untuk membuat sumur resapan,caranya juga mudah.Perawatannya pun gampang. Hanya membutuhkan lahan yang kecil/sempit (bisa dibangun di halaman dan belakang rumah).Dengan teknologi sederhana ini, setiap orang bisa membuatnya. Sebuah cara konservasi dan manajemen air yang aman dan mudah. Sementara,cara lain yang bisa dilakukan adalah manajemen limbah rumah tangga.

Manajer Kampanye Air dan Pangan Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengatakan, masyarakat perlu diimbau untuk mengatur pembuangan limbah rumah tangga agar tidak mencemari lingkungan dan air.Pemerintah sebaiknya menyediakan infrastruktur untuk mendukungnya.” Instalasi pengelolaan air limbah massal harus dibangun,dan merupakan kewajiban pemerintah untuk membuatnya,”sebutnya.

Islah mengemukakan,pemerintah, masyarakat,dan industri dalam hal ini samasama perlu bertanggung jawab dalam menjaga dan segera melakukan pemulihan air dan lingkungan yang rusak. Sumber pencemaran harus dihentikan,penegakan hukum untuk industri yang kerap tidak patuh aturan juga harus ditindak,dan mengembalikan air sebagai barang publik.Air masuk agenda privatisasi sehingga menjadi komoditas berakibat terbatasnya hak-hak masyarakat terhadap air.

Mengingat pentingnya air, sudah sewajarnya menjaga kelestarian air merupakan tanggung jawab bersama.”Di sini pemerintah memiliki peran cukup besar karena pemerintah yang memiliki kewenangan membuat regulasi. Jadi,bila birokrat memiliki pengetahuan dan budaya hemat air,maka mitigasi terhadap krisis air akan jauh lebih baik,”ujar pakar sumber daya air terpadu dari Universitas Indonesia (UI),Firdaus Ali. dyah ayu pamela/wuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar