Minggu, 15 April 2012

Nostalgia di Kota Lama Semarang

SEMARANG – Roda becak mulai bergerak, dikayuh pelan seorang bapak tua.  Di kanan kiri bahu jalan melintas bangunan-bangunan tua, usang, tak terawat. Beberapa bangunan yang sepertinya sudah direnovasi digunakan sebagai kantor, restoran, toko, maupun rumah tinggal. Ada yang digunakan sebagai pabrik rokok, tapi kebanyakan dibiarkan begitu saja. Inilah sudut yang dulunya adalah pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di Kota Semarang. 

Seperti Jakarta yang memiliki Kota Tua, Semarang pun punya sudut dimana ada peninggalan bangunan arsitektur sejarah yang dulu merupakan pusat kota pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Di Semarang orang-orang menyebutnya Kota Lama. 

Pemandangan bangunan tua bersejarah layaknya nostalgia ke masa lalu menjadi suguhan yang menarik ketika berkunjung ke kawasan ini. Kalau di Kota Tua, Jakarta kita bisa berkeliling menggunakan sepedah ontel, atmosfer masa lalu kian terasa  bila mengitari kawasan seluas hampir 25 Hektar ini  dengan menyewa becak.

Diantara bangunan tua yang masih terlihat kokoh dan masih digunakan sebagai tempat perkantoran, hotel, toko, dan rumah tinggal ini ada banyak tempat yang bisa dikunjungi. di Kawasan yang  berlokasi di utara kota Semarang ini terdapat gereja Blenduk, tempat ibadah yang masih banyak menyimpan alat-alat kono ini sangat terkenal karena bentuk kubahnya yang bundar tidak seperti gereja kebanyakan. Disebelahnya ada taman rindang yang ramai dikunjungi para remaja usia sekolah. 

Agak jauh dari lokasi ini ada danau buatan, didepannya terdapat Stasiun Kereta Api Tawang . tempat lain yang juga bisa dikunjungi adalah Gereja Gedangan, Nilmij, Taman Sri Gunting, Marba, Marabunta dan De Spiegel. Cuacanya memang panas jika berkeliling pada siang hari, tentunya suasana akan berbeda jika dikunjungi pada malam hari. Belum banyak pedagang yang berseliweran di tempat ini.

Ada nilai sejarah, arsitektur dan budaya dalam peninggalan bangunan-bangunan kusam ini. Tentunya kawasan ini harus dijaga. Pemerintah Kota Semarang melalui Wali Kota telah menunjuk organisasi sosial Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang untuk mempertahankan kawasan ini. 

“Karena daerah ini adalah salah satu bagian sejarah bangsa Indonesia, maka harus dirawat lestarikan agar tidak hancur,” sebut Kepala Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang, Surahman.

Menurut Surahman, kawasan Kota Lama dulunya adalah pusat pemerintahan juga perdagangan di Semarang. Bahkan kawasan ini juga merupakan tempat rekreasi dan hiburan orang jaman Belanda. Dengan perkembangan revolusi tempat ini adalah penyalur gula terbesar.

Kemudian setelah masa penjajahan Jepang berkuasa di Indonesia dan banyak orang Belanda yang kembali kenegaranya banyak banguna-bangunan di kawasan Kota Lama yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Akhirnya bangunan-bangunan di kawasan Kota Lama ini ada yang dilimpahkan kepada beberapa PT dan CV, ada salah satu gedung yang roboh memang sempat bermasalah karena tidak ada pemiliknya.

Untuk sementara bangunan-bangunan tanpa pemilikan yang jelas ini di tangani oleh Pengelola Kawasan Kota Lama, organisasi social yang ditunjuk Wali Kota sebagai partner. Upaya untuk merenovasi bangunan yang rentan roboh  sepertinya akan segera direalisasikan oleh pemerintah tingkat I Jawa Tengah. Harapannya, pada waktu yang akan datang antara Provinsi, Kota dan masyarakat penghuni sekitar kawasan Kota Lama ada greget untuk melestarikan. 

“Sesuai perencanaan kerja, kami ikut mengawasi dan memberdayakan, supaya kawasan
ini terjaga,” tutup Surahman. *dyah ayu Pamela*

1 komentar:

  1. halo dyah
    tulisannya menarik untuk dibaca...keep it comming.

    BalasHapus