Minggu, 24 Maret 2013

Makanan Kemasan, AMANKAH?

PDF Print
Tuesday, 25 September 2012
Makanan kemasan kini menjadi solusi paling tepat bagi mereka yang sibuk. Sebenarnya tak masalah sepanjang Anda jeli melihat komposisi nutrisi pada kemasannya.

Mengonsumsi makanan dalam kemasan, sudah menjadi hal lumrah saat ini. Kepraktisan biasanya menjadi salah satu alasan orang memilih makanan kemasan. Produk makanan kemasan yang kian inovatif juga mendorong semakin tingginya angka konsumsi makanan kemasan ini.

Pasar yang terus bertambah, tentu saja membuat bisnis ini pun tumbuh subur. Berbagai teknologi pun terus diperbarui untuk mengemas makanan agar tetap segar. Meski begitu, masih banyak juga orang yang meragukan kesehatan makanan kemasan. Ada yang beranggapan bahwa makanan alami tetap lebih baik dibandingkan makanan kemasan.

Menanggapi hal tersebut, ahli gizi dr Tirta Prawita Sari MSc SpGK mengatakan, penting sekali bagi masyarakat untuk memperhatikan label kandungan nutrisi pada kemasan. Memang makanan kemasan yang diproduksi dewasa ini diproses dengan teknologi tinggi yang aman bagi kesehatan. Namun, tetap saja konsumen harus tetap jeli melihat label pada kemasan “Sayangnya, masyarakat di Indonesia maupun negara berkembang memang tidak termasuk yang suka membaca label kemasan,” sebutnya.

Tirta menambahkan, saat ini hal pertama yang dilihat masyarakat saat membeli suatu produk adalah harga, lalu masa kedaluwarsa, kemudian baru info gizi di dalamnya meski tidak terlalu memperhatikan detailnya. Membaca label kemasan memang tidak mudah, tapi bukan juga berarti sulit. Ada tiga komponen penting bagi masyarakat untuk lebih teliti membaca label kemasan, yaitu jumlah takaran saji, jumlah energi, dan persentase kecukupan gizi.

Tidak jarang dalam produknya, produsen menambahkan dengan zat-zat vitamin lain. Hal Ini, Tirta menyebutkan, sebagai langkah baik untuk fortifikasi, tapi sebagian konsumen hendaknya juga perlu memperhatikan jumlah asupannya agar tidak berlebih dari kebutuhan. “Yang paling penting, lihat komposisi zat gizi makro seperti protein, lemak, dan karbohidrat,” sebutnya.

Sementara, untuk jumlah kalori takaran saji, perhatikan berapa jumlah kalori per sajian, lanjut dengan kandungan energi per sajian. Hal ini penting karena kadang-kadang produsen mencantumkan sajian bukan dengan ukuran satu bungkus yang kita beli, tetapi dalam jumlah yang lebih besar. Misalnya kandungan natrium dalam minuman elektrolit bila konsumen yang menderita hipertensi terkecoh dengan jumlah takaran kemasan akan berbahaya.

Padahal, konsumsi asupan kandungan zat tertentu per hari biasanya dibatasi. Bisa jadi, apa yang kita konsumsi melebihi batas bila kita kurang memperhatikan jumlah takaran saji. Lain lagi bila Anda yang sedang menjalani program diet. Perhatikan bukan hanya apa yang Anda makan, tapi minuman dalam kemasan pun ternyata memiliki kalori yang tinggi. Untuk diketahui, menurut angka ratarata kecukupan gizi tahun 2004, jumlah asupan kalori untuk perempuan usia 25-30-an tahun sebesar 1.900 kalori, sementara pria dengan range usia yang sama membutuhkan 2.550 kalori.

Dalam produk kemasan juga terdapat kandungan kecukupan gizi, seperti kandungan serat, lemak jenuh, dan omega 3. Untuk amannya, menurut Tirta, gunakan ukuran kandungan di bawah 5% untuk suatu zat yang kurang baik bagi tubuh, seperti lemak jenuh dan gunakan ukuran 20% di atasnya untuk kandungan yang baik bagi tubuh seperti serat.

Meski saat ini sebagian besar apa yang kita makan sudah dalam bentuk kemasan. Tetap disarankan untuk makan dan minum dari bahan yang segar dan masih alami tanpa pengawet atau dikemas. Sebuah riset menunjukkan bahwa dengan tren konsumsi makanan kemasan dan siap saji turut menyumbang meningkatnya jumlah penderita penyakit seperti jantung. dyah ayu pamela

1 komentar:

  1. Jika Dus Makanan itu sendiri terbuat dari bahan kertas aman. Tapi kalo dari plastik perlu dipertanyakan kembali.

    BalasHapus