Minggu, 24 Maret 2013

Cegah E-coli Impor Eropa Diperketat

PDF Print

  

JAKARTA– Wabah infeksi Escherichiacoli (E-coli) belum juga mereda. Sebagai langkah pencegahan, pemerintah memperketat pengawasan impor sayuran dari Eropa.

“Impor dari Eropa ini akan dipindai lebih cermat.Sayuran impor dari Eropa ada pengawasan khusus,”kata Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, di Jakarta kemarin. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan, Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan untuk melakukan pembinaan kepada konsumen.

Kementerian Perdagangan akan terus mempelajari perkembangan di Eropa. ”Kami perlu sosialisasi di dalam negeri agar kejadian ini tidak terjadi di sini.Impor dari Eropa utamanya berasal dari Inggris, Belanda, dan Prancis. Dari Jerman paling sedikit,” katanya.

Penyakit akibat E-coli telah mencapai lebih dari 2.000 kasus dengan korban meninggal 22 orang.Wabah itu telah menjangkiti 12 negara mulai dari Austria, Inggris, Republik Ceko, Denmark, Prancis, Belanda, Norwegia,Spanyol,Swedia, Swiss, dan Amerika Serikat. Mereka yang terserang pernah bepergian ke Jerman. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, wabah di Eropa disebabkan strain baru E-coli yang diyakini kebal terhadap antibiotik dan obat-obatan biasa.

 ”Di Eropa dihebohkan karena menurut mereka strainnya baru, sehingga resisten atau tahan terhadap antibiotik,” ujarnya. Meski belum ditemukan kasus di Indonesia, menurutnya, wabah tersebut patut diwaspadai. Dalam fase waspada Kementerian Kesehatan menganjurkan masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan dengan sabun dan memperhatikan kebersihan saat menyiapkan makanan.

Selain menganjurkan perilaku hidup bersih, antisipasi dilakukan Kementerian Kesehatan juga dengan mengamati warga negara Indonesia yang habis bepergian ke Jerman ataupun negara Eropa, apabila di bandara ataupun sesudahnya mendapat gejala sakit perut, diare, hingga diare berdarah. Mereka harus dirujuk ke rumah sakit.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan,Tjandra Yoga Aditama, mengemukakan, Kementerian Kesehatan meminta seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan waspada terhadap mereka yang baru datang dari Jerman, terutama Jerman utara.

Menurutnya, Direktorat Jenderal P2PL Kementerian Kesehatan bersama WHO terus memantau perkembangan di Eropa. ”Sebagai focal point di Indonesia untuk International Health Regulation, kami menyampaikan informasi dan kewaspadaan ke jajaran kesehatan di Tanah Air,” paparnya.

RS Kewalahan

Sejumlah rumah sakit di Jerman utara berupaya keras untuk menampung lonjakan pasien yang terserang wabah Ecoli. Menteri Kesehatan Jerman Daniel Bahr mengatakan, sejumlah rumah sakit di Jerman utara memang memprihatinkan lantaran kesulitan menyediakan tempat tidur dan perawatan untuk pasien yang terjangkit bakteri mematikan itu. “Sumber infeksi bakteri itu masih aktif.

Petugas kesehatan makanan bekerja sepanjang hari untuk mengidentifikasi sumber infeksi,” kata Daniel Bahr, seperti dikutip harian Ruhr Nachrichten,kemarin. Menteri Pertanian Negara Bagian Lower-Saxony, Jerman, Gert Lindermann, menduga tanaman taoge sebagai sumber wabah E-coli yang telah menewaskan 22 orang. Lindermann belum memastikan bukti keterkaitan antara taoge dan wabah itu.

Menurut Lindermann, tes sementara taoge yang diambil dari suatu perusahaan pertanian di Lueneburg, Jerman utara,menunjukkan ada kontaminasi bakteri. “Penemuan itu sangat signifikan.Apalagi, dua pekerja di ladang pertanian itu menderita diare dan salah satunya didiagnosis EHEC (Enterohaemorrhagic Ecoli),” ujar Lindermann, dikutip AFP.

Pernyataan Lindermann itu setelah tiga pekan sumber wabah E-coli menjadi misteri bagi Pemerintah Jerman. Akibat temuan ini,Pemerintah Jerman menganjurkan agar warganya untuk sementara menghentikan konsumsi taoge. Perusahaan pertanian itu telah ditutup sejak Minggu (5/6). Meski sudah terlambat, semua produk mereka telah ditarik dari pasaran.

Selain taoge, perusahaan ini juga memproduksi tanaman herbal, buah-buahan, bunga, dan kentang. Perusahaan itu terletak di sebuah desa kecil bernama Bienenbuettel, sekitar 80 kilometer selatan Hamburg, episentrum wabah E-coli. Otoritas di Lower-Saxony menyatakan, taoge itu telah dikirim baik langsung maupun melalui distributor ke restoran di Hamburg, Schleswig-Holstein, Mecklenburg-Pomerania, Hessen,dan Lower-Saxony.

Direktur Gaertnerhof Bienenbuettel–– perusahaan pertanian yang dituding sebagai sumber wabah––Klaus Verbeck mengaku tidak memahami atas tuduhan bahwa taoge yang diproduksinya menjadi sumber E-coli. Klaus Verbeck mengatakan kepada harian Neue Osnabruecker Zeitung bahwa tidak ada penyubur yang digunakan untuk memproduksi taoge dan tidak ada binatang pada pertanian organiknya. dyah ayu pamela/ andika hendra m/bernadette lilia nova

Tidak ada komentar:

Posting Komentar