Minggu, 24 Maret 2013

Nyamannya Tinggal di Eco-House


KONSEP rumah bergaya Amerika yang diadopsi sesuai suasana iklim tropis di Indonesia menghasilkan sebuah hunian berdesain eco-house. Seperti apa aplikasinya?

Di eco-house inilah, Firdaus Ali tinggal bersama istri dan keempat anaknya. Di huniannya tiap tata ruang hingga penggunaan material sangat memperhatikan prinsip keramahan lingkungan. Dosen teknik lingkungan ini rupanya ingin memanfaatkan iklan yang ada. Dia juga tak ingin pengetahuan yang dimiliki hanya diajarkan kepada para mahasiswa, melainkan harus diaplikasikan dalam konsep tempat tinggalnya.

American style memengaruhi desain rumah ini karena pemiliknya sempat hampir 10 tahun tinggal di Negeri Paman Sam. Rumah yang berlokasi di Kompleks Tanjung Barat Indah, Jakarta Selatan, ini mengaplikasikan banyak kaca untuk penerangan alami pada siang hari. Selain itu, rumahnya memiliki lahan terbuka hijau yang luas guna menampung banyak air, tanpa mengurangi kenyamanan, keselamatan,dan estetika tentunya.

Rumah yang dirancang sendiri oleh pemiliknya ini terkesan hangat dan sangat ramah lingkungan. Di sisi lain, Firdaus beserta sang istri juga ingin menciptakan kehidupan untuk keempat anak mereka agar bisa dekat dengan lingkungannya. “Pohon dan ruang terbuka hijau, prinsipnya ke arah sana, juga pemakaian sumber energi matahari dan sistem resapan air,” kata Firdaus.

Konsep eco-house yang diterapkan Firdaus untuk rumahnya, antara lain dengan mengusahakan efisiensi penggunaan cahaya. Elemen kaca lantas diterapkan di tiap ruangan. Pada saat awal membangun pun, seluruh bangunan yang sebelumnya ada,diratakan untuk kemudian dibuat sistem water loop yang memiliki daerah resapan air, sumber air,dan septic tank. Rumah yang dibangun pada 2006 dan selesai satu tahun setelahnya ini berdiri di atas lahan seluas 518 meter persegi. Oleh Firdaus,hanya lahan seluas 220 meter persegi yang dibeton, sementara sisanya digunakan untuk halaman. Bagian pintu masuk utama menghadap ke timur.

Namun, di bagian belakang pun terdapat pintu kecil sehingga menjadikannya seperti bagian depan rumah. Soal pembagian ruangan, ruang tamu sengaja dibuat kecil karena hanya untuk menerima tamu formal. Selain itu, ada juga ruang keluarga dan taman belakang yang dapat digunakan untuk menerima tamu dari kalangan keluarga dekat. Material atap rumah yang digunakan pun turut diperhatikan. Firdaus mengaplikasikan atap yang terbuat dari lapisan bitumen dengan campuran material sintetik, serpihan aspal, dan karbon.

Atap ini khusus dia impor dari Amerika Serikat. Tujuan penggunaan atap ini tak lain untuk mengurangi radiasi. Begitu pun dengan pemanas air di kamar mandi yang memanfaatkan energi matahari melalui panel surya. Sementara, di bawah atap terdapat insulator yang terdiri atas aluminium dan bubble. Untuk konstruksinya, bangunan ini menggunakan rangka baja ringan dan bata ringan untuk dinding dan marmer untuk lantai.



Firdaus mengatakan, dengan konsep eco-house, pada sistem water loop-nya tidak dimungkinkan ada air yang terbuang. Semua air bekas mencuci piring, mobil, dan mandi akan langsung dimasukkan ke dalam sistem resapan air. Dia juga mengatakan, konsep eco-house ini pada akhirnya tidak hanya akan menjadi rumah yang ramah lingkungan, melainkan juga menghemat penggunaan energi seperti listrik.

“Jika dibandingkan dengan rumah lama kami yang lebih kecil, biaya listrik justru hemat sampai 30 persen. Padahal, rumah ini jauh lebih besar,” sebut Firdaus. Meski memiliki cukup banyak persediaan air,penghematan air di rumah ini tetap dilakukan. Misalnya untuk menyikat gigi, keluarga Firdaus tidak memakai keran, melainkan gelas sebagai wadah penampung air. Kalaupun harus menggunakan keran, sudah ada sistem untuk membuat air mengalir dalam rentang waktu tertentu.

Untuk kloset di toilet pun Firdaus menggunakan tangki yang relatif kecil yang hanya memuat 2,9 liter air untuk sekali bilas. Demi memperkecil radiasi panas pada plafon di atas, diterapkan pipa air yang berguna pada saat panas matahari sedang terik. Pipa tadi akan membuat air jadi hangat.

Satu lagi yang menarik, kolam renang yang ada di halaman belakang sengaja dibuat dangkal (sekitar 75-155 cm) agar air kolam tetap terasa hangat karena menyerap panas,kemudian memberikan rasa dingin di pinggir kolam lantaran uap airnya.

Rumah, Tempat Melahirkan Inspirasi

TEMPAT melahirkan inspirasi, kira-kira begitulah makna sebuah rumah bagi Firdaus Ali. Kesan rumah sebagai tempat berkumpul, mempertemukan,dan merekatkan hubungan tiap anggota keluarga begitu menempel di benak Firdaus yang berdarah asli Minang.

“Selain untuk berteduh dan beristirahat, rumah juga tempat untuk mengomunikasikan berbagai masalah yang dialami anggota keluarga. Di sisi lain,rumah harus bisa melahirkan inspirasi,” ujar Firdaus. Inspirasi yang didapat dari rumah yang bukan hanya sebagai hunian, bakal melahirkan banyak ide bagi penghuninya saat berkegiatan di luar rumah.

Sebaliknya, Firdaus menyebutkan, bila rumah tidak bisa menjadi tempat untuk melahirkan inspirasi, berarti kita akan tetap kehilangan setengah dari inspirasi hidup untuk berubah menjadi lebih maju. Karenanya, penataan dan penempatan ruang yang didesainnya sendiri ini dibuat menyesuaikan keinginan dia beserta sang istri, sekaligus mengedepankan aspek taman bermain dan tempat belajar bagi anak-anaknya.

Perpustakaan dan musala kecil yang menjadi tempat belajar dan mengaji ditempatkan di lantai dua. Halaman belakang layaknya taman rekreasi.Lahan hijaunya ditumbuhi rumput, lengkap dengan kolam renang dan gazebo.

“Tujuannya memang mengekspos anak-anak untuk pendidikan dan ilmu, maka kami berikan lahan yang luas untuk mereka bermain dan belajar. Saya ingin anak-anak mempunyai tempat mereka bisa berlari dan bermain. Itu yang diinginkan dari sebuah rumah,” ucapnya.

(Dyah Ayu Pamela/Koran SI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar