Thursday, 05 July 2012 | |
Jakarta menempati peringkat ketiga sebagai kota terpolusi di dunia.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pun menjadi ancaman bagi warga
Jakarta. Bagaimana mengantisipasinya?
Kadar partikel debu (particulate
matter) yang terkandung dalam udara Jakarta merupakan yang tertinggi
ke-9,yaitu 104 mikrogram per meter kubik,dari 111 kota dunia yang
disurvei oleh Bank Dunia pada 2004. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, prevalensi ISPA masih cukup tinggi,sebesar 25,50% dari
penduduk Indonesia dan di Jakarta.Pada 2010 ISPA menempati urutan
pertama dari 10 penyakit terbanyak yang ada di masyarakat.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan,hidung,sinus, faring,atau laring.Beberapa gejala dari ISPA,di antaranya badan pegal-pegal (myalgia),beringus (rhinorrhea), batuk,sakit kepala, dan sakit tenggorokan. ISPA disebabkan oleh virus, bakteri,dan jamur. Kebanyakan kejadian ISPA disebabkan oleh virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis,sinusitis,faringitis, tosilitis,dan laryngitis. Pekerja kantoran menjadi kelompok yang cukup rentan terhadap penyakit ISPA.Sebab,mereka cenderung terpapar udara tidak sehat,mulai dari berangkat dengan angkutan massal, lingkungan kantor yang tertutup, interaksi yang tinggi,dan berbagai faktor stres yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.Pada anak-anak atau orang tua yang daya tahan tubuhnya lemah atau belum berkembang sempurna,penyakit ISPA dapat menyebabkan komplikasi. Misalnya terjadi peradangan pada telinga, sinusitis,atau turun ke bawah menjadi infeksi pita suara, bronkitis, bahkan bronkopneumonia,dan pneumonia (radang paru). Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Dr Agus Dwi Susanto SpP mengatakan,pencegahan terhadap penyakit ISPA dapat dilakukan dengan menjaga sistem kekebalan tubuh.Di antaranya melalui pola hidup sehat,istirahat cukup,makanan yang cukup, serta berolahraga. “Untuk balita,harus dapat air susu ibu (ASI) yang cukup karena ASI mengandung sistem kekebalan tubuh,”sebutnya. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga lingkungan.Udara yang kotor bisa menjadi pemicu ISPA.Sebisa mungkin hindari udara yang terpapar polusi.Dalam hal ini penggunaan masker untuk menghindari kontak langsung dengan udara luas sangat dianjurkan. “Penggunaan masker bertujuan mencegah infeksi peradangan dari lingkungan ke saluran napas,”ujarnya lagi.Meski penggunaan masker adalah langkah awal pencegahan penyakit ISPA, namun tak semua orang mengerti besarnya manfaat dari penggunaan masker pelindung.Bahkan beberapa orang enggan menggunakannya dengan alasan risih,pengap,sesak napas,dan tidak terbiasa. Untuk membudayakan penggunaan masker,PT Combiphar melakukan Kampanye Masker OBH Combi Peduli untuk mengedukasi dan menggugah kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan masker untuk mencegah penyakit ISPA.Kegiatan pembagian masker yang dilakukan sejak 2010 silam, tahun ini meliputi 4 titik lokasi penyebaran. Di antaranya selter busway, stasiun kereta api commuter, perkantoran,serta sekolah menengah atas (SMA) dan kampus yang berlangsung sejak awal Juni – Agustus. Dr Agus menambahkan, efektivitas penggunaan masker standar dapat melindungi sekitar 20% dari kondisi udara tidak sehat. Untuk masker tipe N95 akan memfiltrasi udara hingga 95%. Sementara untuk masker kain yang banyak diperjualbelikan,menurut dia,tidak terlalu memfiltrasi sebaik masker standar atau di bawah 20%. “Sebaiknya pakailah masker yang terstandar agar terproteksi dengan baik, pilih masker yang menutupi hidung,mulut,dan daerah sekitarnya.Selain itu, masker harus diganti setiap hari karena bila tidak justru menjadi sarang kuman dan bakteri yang dihirup kembali pemakainya,”kata dia.dyah ayu Pamela |
Minggu, 24 Maret 2013
Warga Jakarta Rentan Terserang ISPA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar