Saturday, 06 October 2012 | |||||
Pneumonia menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak usia di
bawah lima tahun (balita).Sekitar 156 juta kasus pneumonia baru per
tahun terjadi di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian 1,5 juta
balita.
Di Indonesia,sekitar 33% dari 1.200 anak sehat diketahui ada kuman S pneumonia di nasofaringnya. Angka prevalensi ini memang menurun dibandingkan penelitian Soewignyo pada 1997 yang menyebutkan prevalensi pneumonia adalah 48%.Namun,sebenarnya ini masih memprihatinkan.Karena selama kurun waktu lima tahun, penurunan angka pneumonia terbilang tak signifikan. ”Hal ini menunjukkan kolonisasi pada anak sehat tidak banyak berubah.Karenanya, meski prevalensinya menurun, tetap harus diwaspadai,”ujar Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro SpA(K),Ketua Peneliti Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Jakarta,belum lama ini. ”Setelah dilakukan pemeriksaan dengan PCR didapatkan pneumokokusdengan 25 serotipe,persentase 3 serotipe terbanyak adalah 6A/B,19F, dan 23F.Hal ini berbeda dengan penelitian pada 1997. Ketika itu dari 221 isolatyang positif biakan pneumokokus-nya, ditemukan pneumokokusdengan 17 serogrup atau serotipe, dan yang terbanyak secara berturut-turut adalah serogrup 6,23,dan 15,”sebutnya. Berdasarkan hasil uji kepekaan pneumokokusterhadap antibiotik,sebagian besar masih sensitif terhadap antibiotik yang biasa digunakan di puskesmas (di atas 94%),dengan tingkat resistensi di bawah 2%. Antibiotik yang dimaksud adalah antibiotik cefadroxil, cefuroxime,amoxicilin, ampicilin,clindamicin,dan penicilin. ji kepekaan yang paling rendah adalah terhadap antibiotik kotrimoksazolyang sensitivitasnya hanya 36% dan resistensinya 48,6%. ”Tingkat resistensi terhadap obat kotrimoksazolmeningkat dari 12% menjadi 48,6% Hal ini menunjukkan bahwa tingkat resistensi obat ini terhadap pneumokokus,dan tidak mustahil juga pada kuman-kuman yang lain,semakin meningkat.Karenanya, penggunaan antibiotik ini sebagai pengobatan lini pertama perlu dievaluasi lagi,”katanya. Sementara itu,berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), untuk seluruh Indonesia,sekitar 20% kematian balita disebabkan pneumonia.Ini berarti satu dari lima kematian anak disebabkan penyakit tersebut.Ini menunjukkan angka kematian akibat pneumonia sangat tinggi dibandingkan penyebab lain,misalnya HIV, tuberkulosis,dan diare digabung—angkanya tidak sampai 20%. Ironisnya,meski menjadi pembunuh balita nomor satu, pneumonia masih belum banyak diperhatikan. Masyarakat di pedesaan maupun perkotaan banyak yang belum menyadari ancaman serius akibat penyakit ini.Masyarakat lebih memperhatikan penyakit balita,seperti diare,campak, polio,bahkan HIV/ AIDS. Karenanya,perlu edukasi dan penatalaksanaan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.”Di sisi lain,perlu kesadaran pentingnya vaksinasi atau imunisasi sebagai upaya preventif mengantisipasi pneumonia,” imbuhnya. Seperti diketahui, Streptococcus pneumoniaeatau yang juga disebut dengan pneumokokus adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit yang ringan maupun berat pada manusia. ● dyah ayu pamela |
Minggu, 24 Maret 2013
Pneumonia Masih Mengancam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar